by Ochi'Kyogi ChanChan Wee on Thursday, June 21, 2012 at 4:05pm ·
Ku lihat wajah seseorang yang sepertinya aku kenal dengan samar-samar. Dia menatap lekat wajahku. Dia memanggil-manggil namaku dan menepuk-nepuk pipiku dengan lembut. Dari suaranya terdengar seperti cemas sekali.
“Ratna, kamu sudah sadar?” tanya suara itu yang ternyata Fauzi.
“Aku kenapa? Kenapa aku disini?” tanyaku bingung. Kepalaku terasa berat dan sakit sekali.
“Kamu pinsan tadi, Na. Minum dulu ya?”
“Iya,” jawabku lemas.
Fauzi pun mengambilkan teh hangat yang tidak jauh dari tempatku berbaring. Lalu dia membantuku minum lalu menidurkanku lagi. rasanya aku lemas sekali dan rasanya ingin tidur lagi.
“Ratna, kamu gapapa kan?” tanya Fauzi.
“Aku pusing sekali, Zi. Aku tadi kenapa?” tanyaku sambil memegangi kepalaku.
“Kamu tadi pinsan lalu aku bawa ke kesini , Na,” kata Fauzi sambil membelai rambutku.
“Aku pengen pulang, Zi. Aku tidak nyaman disini,” kataku.
“Tunggu saja sebentar, Na. Kondisimu masih lemah. Aku mintain izin dulu ya?”
Aku pun mengangguk pelan dan Fauzi pun segera berlari keluar dari UKS. Kurasakan badanku yang lemah. Rasanya aku juga mengantuk sekali. Dan beberapa saat kemudian Fauzi pun kembali. Ku perhatikan Fauzi. Dia seperti orang yang sedang bingung. Sepertinya aku telah membuatnya sibuk sepagian ini.
“Zi,” panggilku.
“Iya, Na? Ada apa?” tanyanya.
“Kamu gag balik ke kelas aja? Belajar dulu gih. Biar aku sendiri aja disini gapapa,” kataku sambil tersenyum kepada Fauzi.
“Gag ahh. Aku pengen nemenin kamu. Aku takut kamu kenapa-napa lagi, Na,” katanya sambil tersenyum ke arahku.
Aku dan Fauzi hanya diam di UKS selama hampir 2 jam. Lalu aku pun di ajaknya pulang saat istirahat pertama. Dan dia pun kembali lagi ke sekolah untuk mengikuti pelajaran jam setelah istirahat pertama.
Seminggu telah berlalu. Aku sering bertemu dengan Fauzi dan juga temannya yang baru. Namanya Ryan. Ryan sama tampannya dengan Fauzi. Dia juga suka bermain bola. Sering saat istirahat atau aku sedang ekstrakurikuler bertemu dengan mereka berdua di lapangan. Ryan suka menyapaku saat bertemu. Fauzi malah sekarang sering diam dan malah suka main hape kemana-mana sambil bawa headset.
Dan hari ini, saat aku ingin mengikuti pelajaran jam pertama, ku temukan sebuah kertas kecil di laci mejaku. Ada tulisan disana. “Aku tunggu kamu di meja tengah kantin istirahat pertama! J “. Tapi sayangnya disana tidak ada nama ataupun inisial pengirim. Dan aku tahu siapa penirimnya. Pasti dia.
Istirahat pertama, aku pun ke kantin sendiri. aku langsung menuju ke meja tengah yang waktu itu aku pertama kali bertemu langsung dengan Fauzi. Dan beberapa saat kemudian, datanglah Ryan. Lalu dia duduk di depanku.
“Hai Ratna, udah lama disini?” tanya Ryan.
“Baru aja. Hai, Zi,” panggilku saat Fauzi datang.
“Hai.. Ratna, aku..” jawabnya sambil melambaikan tangan dan menghampiri aku dan Ryan.
“Ratna, aku mau bilang sesuatu ke kamu,” kata Ryan.
“Sebentar! Kamu mau ngomong apa, Zi?” tanyaku.
“Aku besok ada pertandingan sama Ryan. Kamu ikut ya?” katanya agak gugup.
“...”
“Ya udah aku balik dulu ya?” kata Fauzi sambil membalikkan badannya dan berjalan.
“Iya,” jawabku pelan. Aku kira dia ingin mengatakan sesuatu yang aku tunggu dari dulu saat pertama kali aku dan dia duduk disini.
“Ratna, kamu mau gag jadi pacarku?” tanya Ryan tiba-tiba. Fauzi pun berhenti dan berbalik menatapku.
“Ap. Apa?” tanyaku bingung.
“Tolong jawab sekarang, Na,” kata Ryan.
“Aku tidak bisa jawab sekarang,” kataku sambil menatap wajah Fauzi.
“Kenapa?” tanya Ryan.
“Gapapa,” kataku sambil beranjak dari kursi dan meninggalkan Ryan.
Mata Fauzi masih menatapku lekat-lekat. Aku pun juga menatapnya. Rasanya sedih Fauzi tidak mengatakan hal itu kepadaku. Ryan hanya memanggilku supaya aku kembali ke tempat duduk itu. tetapi aku tetap berjalan dan melewati Fauzi yang berdiri terpaku tidak jauh dengan tempat dudukku tadi.
2 bulan kemudian...
Hari ini adalah kenaikan kelas. Aku yakin pasti aku dan semua angkatanku akan naik kelas. Hari ini, aku belum bertemu dengan Ryan ataupun Fauzi. Kejadian 2 bulan yang lalu menyebabkan hubunganku dengan Fauzi semakin menjauh. Dia sudah jarang bicara denganku. Malah sekarang Ryan yang selalu menghampiriku setiap hari. Dia juga yang mengantar jemput aku ke sekolah sejak dia mengungkapkan isi hatinya kepadaku. Dia sudah seperti pacarku sendiri. tetapi aku belum pernah menjawab pertanyaannya sejak itu.
Dan sejak itu, aku hanya bisa memandang Fauzi dari jauh. Tetapi ada sesuatu yang berbeda dari dia. Tatapan itu punya arti. Kadang dia juga bertingkah aneh yang tak bisa ku mengerti. Dia juga pernah memberiku sekuntum bunga mawar. Dan dia bilang dari Ryan. Ryan kan bisa melakukan sendiri. dan aku tahu, Ryan tidak suka dengan namanya membuat kejutan. Dia juga tipe orang yang romantis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar