by Ochi'Kyogi ChanChan Wee on Sunday, June 10, 2012 at 4:52pm ·
Perkenalkan, nama aku Ratna. Umurku baru 17 tahun sebulan yang lalu. Tepatnya bulan juni kemarin tanggal 25. Sekarang aku baru duduk di kelas 2 bangku SMA. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara. Adikku bernama Adit. Dia baru kelas 3 SD.
Seperti anak sekolah yang lain, aku melakukan kegiatan yang sama yaitu, sekolah. Sekolahku cukup jauh dari rumah. Karena itu mama membelikan aku sebuah sepeda. Iya. Sepeda adalah teman berangkat dan pulangku sekolah stiap hari. Kadang main ke tempat temen aja bawa si biru imut-imut itu.
Aku kadang malu bawa si biru ke sekolah. Temen-temen pasti pada ngejek. “Mending jalan bareng temen-temen daripada naik sepeda butut kaya gitu,” itu yang teman-temanku katakan kepadaku. Padahal si biru gag begitu tua. Malahan masih baru. Imut-imut lagi. ya mungkin arena mereka semua anak orang kaya. Fiuuuuhhh....
“Ratna!” panggil seseorang dari kejahuan saat aku memakirkan sepedaku di dekat parkir guru.
“Hai! Tungguin gue, Mel,” kataku kepada sahabat terbaikku, Amel. Lalu aku berlari ke arahnya.
“Gag usah pakai lari kali. Kangen ya sama Amel yang cantik ini?” kata Amel PD.
“Yee.. Orang kaya elu dikangenin! Gag banget!” kataku lalu tertawa.
“Huhh! Kok gitu sich?!” kata Amel jengkel lalu manyun dua senti.
Yang satu ini adalah teman terbaikku. Dia adalah anak tercantik di sekolahku ini. Gag heran banyak cowok yang ngejar dia. Dia juga populer di sekolahku ini. Kalau dekat-dekat sama dia gue sering minder. Tapi untungnya tuh anak gag sombong dan rendah diri. Juga supel. Perfect banget sich tu cewek. Hmm.. :D
Hari ini ada acara pemilihan ketua OSIS di sekolahku. Dan hari ini semua kegiatan belajar di liburkan. Senengnya gue juga Amel. Mungkin temen-temen yang lain juga. Hehehe.. :D
Kali ini yang mencalonkan sebagai ketua OSIS adalah anak-anak kelas 2. Salah satunya teman satu kelasku si Ari, pacar Amel. Amel merasa bangga banget sama cowoknya itu. Udah pemain basket terbaik di sekolah, ketua KIR, ganteng kaya Kiki Farel, ketua mading, ketua apa lagi ya? Lupa. Pokoknya bangga banget dech punya cowo kaya Ari. Kapan ya gue punya pacar?
“Na, gue mau nemuin Ari. Lu mau ikut gag?” kata Amel.
“Males jalan gue. Gue tunggu di kantin aja ya kalau nyari gue? Gue haus banget nih,” kataku.
“Ya udah dech. Maaf ya?” kata Amel meninggalkanku.
Aku pun segera ke kantin karena memang sudah dehidrasi sehabis ngegoes si biru tadi. Suasana di kantin ternyata ramai tidak seperti biasanya. Semuanya pada ngumpul di salah satu meja yang ada di kantin itu. kebetulan ada meja kosong di tengah-tengah. Tapi kenapa sich harus di tengah? Huhh! Gag ada Amel lagi.
Ku ambil headset kesayanganku yang selalu menemani aku menyanyi sebelum duduk. Hehehe.. Padahal nyanyi aja gag bisa. Saat duduk ternyata di depanku ada cowok-cowok yang ngerebut mejaku. Huhh! Nyebelin banget sich!
“Ngapain lu duduk disini?’ tanya seorang cowok yang ingin duduk di kursi yang aku duduki.
“Gue kan duluan disini. Terserah gue dong,” kataku sewot.
“Pindah aja yuk, bray,” kata cowok itu.
“Males gue. Gue capek. Gue pengen duduk disini aja lah,” kata seorang cowok yang memakai jacket hitam.
“Ya udah. Gue ke meja sebelah ya?” kata cowok yang ingin mendudukiku tadi. Dia pun pergi bersama dua temannya yang lain.
“Iya,” jawabnya.
Aku hanya duduk sambil mendengarkan lagu Opera dari Super Junior sambil sedikit bernyanyi dan tidak memperdulikan cowok yang sedang duduk di depanku. Ku lihat teman-teman yang ada di sekitarku. Terutama yang cewek. Semua memperhatikan aku dan cowok berjaket hitam itu. Aku pun berhenti bernyanyi dan mematikan lagu Opera ku. Aku pun mencoba memandang wajah cowok berjaket itu. Pelan-pelan dari bawah sampai ke wajahnya.
“HAA!!”
“Kenapa lu! Teriak-teriak depan muka gue!” kata cowok berjaket hitam itu.
“Gapapa,” kataku sambil tertawa.
“Aneh lu!”
“Hihh!”
“Nama lu siapa?”
“Ratna,” jawabku.
“Kenalin, nama gue...”
“Fauzi. Gue udah kenal elu,” kataku memotong.
“Kok tau?” tanya Fauzi bingung.
“Tau lah. Masa sama seorang kapten bola sekolah kita tercinta yang paling dikagumi gag tau sich,” kataku sambil berdiri dan mengambil minumanku. Fauzi hanya tersenyum menatapku.
“Lu kelas berapa?” tanya Fauzi.
“Gag perlu tahu. Lagian orang seperti elu mana mungkin mau nyari cewek kaya gue. Gue pergi dulu ya? Daaahh..” kataku.
“Tunggu!” kata Fauzi sambil menarik tanganku yang memegang minumanku tadi. Airnya pun tumpah di baju OSIS ku.
“Huhh! Fauzi!” aku kesal.
“Sorry, Na. Gue bersihin ya?” kata Fauzi.
“Gag usah, Zi. Gapapa kok,” kataku menolak.
“Tapi baju kamu basah.”
“Huhh! Iya nih. Mana gag bawa jaket apa sweeter lagi,” kataku sambil membersihkan bajuku dengan tisue.
“Maaf ya, Na?” kata Fauzi.
“Gue ke kamar mandi dulu,” kataku.
Aku pun berlari ke kamar mandi. Ternyata bukan hanya bajuku yang kotor. Ternyata rambutku bagian depan pun juga. Rambutku menjadi lengket dan bajuku ngeplek warna kuning. Bakalan malu nih kalau keluar dari kamar mandi. Mana Amel lagi nemuin si Ari lagi. Gimana nih?
“Ratna, udah dibersihin belum?” seseorang berteriak dari pintu.
“Siapa ya?” tanyaku.
“Fauzi.”
“Udah kok, Zi,” kataku sambil membuka pintu kamar mandi itu.
“Maaf ya gue gag sengaja tadi,” kata Fauzi.
“Iya. Gapapa kok. Ya udah gue duluan ya?” kataku.
“Mau kemana?”
“Nyari temen gue.”
“Memangnya kamu PD pake baju basah gitu?”
“Hehehe.. Gag. Terus gue harus gimana nih?”
“Nih, pakai jaketku aja,” kata Fauzi menawarkan.
“Gag ahh. Malu pake jaket cowok.”
“Ya buat nutupin yang basah itu aja.”
“Ya udah dech. Makasih ya?” kataku sambil cengengesan.
“Iya. Sama-sama, Na. Duluan ya?” kata Fauzi.
“Tunggu!”
“Kenapa?”
“Ntar gue balikin jaket lu gimana?”
“Udah. Bawa aja dulu. Gue udah di tunggu temen gue,” kata Fauzi.
“Ya udah dech.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar