by Such Nurani on Tuesday, March 20, 2012 at 8:24pm ·
Berbeda.
Perlu meniti jalan yang berkelok.
Harus menempuh jarak yang panjang.
Terus sabar memahami cara yang tak lazim.
Tak mudah.
Menautkan hati tanpa melukai.
Menyamakan rasa meniadakan benci.
Mencurahkan cinta meluruhkan yang tidak pasti.
Ketika kau bilang mau jadi imam.
Ketika itu pula tersambut aku menjadi makmum.
Ketika itu pula angkuhku tersepuh patuh.
Ketika itu pula ingkarku terpintal sayang.
Rajutan ini, rajutan kasih yang kurangkai dengan airmata bahagia, yang terpintal dari bunga bunga syukur atas kehadiranmu,
Tak bosanya sukma ini menorehkan gores gores wajahmu, yang elok..
Tak capainya nurani ini melukiskan sudut sudut matamu, yang teduh..
Tak letihnya sanubari ini mengindahkan helai helai hitam rambutmu, yang menenangkan.
Tak serupa.
Caramu, caramu mencinta tak serupa.
Dan tak usah kuatir karena aku tak apa.
Jika memang untuk menempuhnya tak cukup dengan dentang dentang kesabaran.
Maka akan kudekati waktu agar aku bisa bersahabat.
Bersahabat untuk menggenggam erat tanganmu.
Bersahabat untuk mengelus lembut bahumu.
Biarkanlah, karena aku mampu.
Mampu.
Kuikuti caramu, karena aku mampu.
Mampu.
Jangan kuatirkan aku.
Biarkanlah, karena aku mampu.
Mampu.
Kuikuti caramu, karena aku mampu.
Mampu.
Jangan kuatirkan aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar